Kegagalan harus disikapi dengan positif, bangkit dan bangkit lagi
Kebanyakan
bisnis startup akan gagal sebelum menginjak usia 3 tahun. Angkanya
tidak main-main, berdasarkan berbagai penelitian, 9 dari 10 startup akan
gagal melewati tahun ketiganya. Itulah kenapa di Silicon Valley, pusat
bisnis teknologi Amerika, sampai mempunyai jargon “fail fast, fail
early, fail often” atau yang berarti gagal dengan cepat, lebih awal, dan
sering. Studentpreneur sering sekali mengangkat kisah sukses anak muda
di Indonesia maupun luar negeri. Namun kali ini, kami akan mengangkat
sebuah kisah kegagalan agar bisa menjadi inspirasi juga. Tidak
main-main, Chris Poole, salah satu anak muda yang dianggap jenius di
Amerika, menjadi aktor utama kegagalan ini. Bagaimana perasaan Chris
ketika Canvas, perusahaan yang didirikannya, harus tutup dan bangkrut?
Sebenarnya, kinerja Canvas tidak terlalu buruk. Salah satu aplikasi
iPhone buatan mereka bernama DrawQuest sukses besar, didownload lebih
dari 1,4 juta orang, dengan penghasilan yang perlahan terus naik. Namun
setelah beberapa lama, salah satu investor dari Canvas mendatangi Chris
dan berkata, “Saya rasa kita harus jujur pada diri sendiri. Anda sudah
bekerja keras. Tapi seperti Anda tidak akan bisa mengembalikan modal
awal kami.” Ya, meskipun dari segi produk bisa dibilang cukup sukses,
dari segi bisnis Canvas bisa dibilang gagal. Tidak ada tanda-tanda
Canvas dapat mengembalikan modal awal sebesar 3,6 Juta Dollar atau
sekitar 36 Milliar Rupiah.
Chris Poole mengaku sadar bahwa terjun
di bidang teknologi dan menerima uang dari investor artinya harus siap
untuk tumbuh besar dengan cepat. Meskipun DrawQuest yang muncul pada
tahun 2013 membuat Canvas tumbuh, sayangnya pertumbuhan mereka kurang
cepat. Ketika diwawancarai salah satu media tentang kenapa Chris tidak
mencari modal tambahan agar Canvas tetap berjalan, Chris berkata “Saya
tidak bisa membayangkan bagaimana cara menggunakan uang tersebut. Ya,
kami bisa menggunakannya untuk memastikan service terus berjalan. Tapi
kami sudah menjalankannya selama satu tahun dan melihat pertumbuhan
serta pendapatannya, dan jelas sekali bisnis ini tidak bisa menjadi
besar. Ini bukan perusahaan senilai 25 Juta Dollar.”
Meskipun
berada dalam kondisi yang kacau, ada suatu hal yang bisa kita pelajari
dari kegagalan Chris Poole. Dia begitu jujur dan realistis tentang
kondisi perusahaan ke investornya, sehingga mereka bisa mengerti.
Setidaknya, dia tetap menjaga hubungan baik dengan investor. Hal lain
yang dilakukan Chris ketika Canvas tutup adalah mencarikan pekerjaan
untuk semua karyawannya. Chris memperkenalkan karyawannya ke semua
koneksinya yang sedang membutuhkan karyawan. Dengan begitu, saat Canvas
resmi tutup, semua karyawan sudah mempunyai pekerjaan baru, tanpa
seorang pun yang menganggur.
Kembalike Halaman Utama
Kembalike Halaman Utama
Posting Komentar
Orang bijak akan menulis komentar yang baik